ads

Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Topik : 

Ide “AKAN” Tanpa “TELAH” Adalah ilusi

Avatar photo
  • Bagikan

Penulis : Eddy Ngganggus

KUPANG,flobamorata.com- Orang yang kehilangan orientasi, dapat mengkompensasinya dengan melontarkan kegemilangan ide semu. Solah-olah ide kemilau. Ide yang tampak kemilau itu menjadi omong kosong bila minim history  prestasi sebagai bukti kapasitas mumpuni yang di punyai. Bila tidak di refer dengan karya spektakukler yang pernah di ukir. Pembanding ini menjadi perlu sebagai “peyakin” (pembuat percaya) buat publik.

ads

Karena ide masih bersifat “akan” maka disitu butuh pembanding. Apa yang “pernah” di buat. Yang bersifat akan, membutuhkan sesuatu yang “telah” sebagai alat peyakin (pembuat percaya).

Tanpa itu maka ide itu adalah ilusi. Selain itu hasil riset juga bisa menjadi peyakin lain. Hasil studi ilmiah adalah bukti sahih sesuatu itu telah layak untuk di terapkan (good for use). Apa yang “telah” di lakukan tidak boleh absen disuguhkan ke publik kalau ingin ngotot ide yang “akan” di lakukan itu di implementasi. Yang bersifat “akan” di lakukan membutuh bukti berupa sesuatu “telah” di lakukan. Itu silogisme dasar dalam membuat janji. Bila ingin meyakinkan publik dengan sebuah ide maka siapkan pendasaran itu yakni prestasi apa yang sudah di lakukan (bukan prestise) , atau kajian ilmiah apa yang mendukung ide yang hendak di terapkan itu. Tanpa kedua hal itu, maka janji itu hanyalah sebuah ilusi.

Baca Juga :  Benarkah Izhak Eduard Rihi Tidak Cakap?

Tampaknya ada tugas historis dan stratregis di sini yakni sebelum ingin mensejajarkan diri dengan daerah lain paling kurang sama dengan rata-rata nasional maka , pertama selesaikan hutang-hutang / janji politik kepada rakyat yang belum terelaisir, lalu kemudian segera buat kajian ilmiah agar obsesi itu memiliki peta jalan yang memandu pencapaian apa yang diobesiskan  .

Baca Juga :  JOIN NTT Minta PLT Camat Weliman Jangan "Alergi" Dengan Pers

Tidak cukup kemauan baik pada level institusional saja, namun harus melalui proses interaksi sosial dengan pelaku dari kebijakan yang akan di terapkan. Saat ini banyak spillover (luapan) karsa dan karya publik yang bertebaran di ragam platform media sosial hari ini berupa usul, saran, pandangan yang kesemuanya terarah pada kehendak baik untuk berubah lebih maju. Maju dalam pandangan yang solider bukan egosentris , bukan mau menang-menangan ide, apalagi terjebak pada gengsi karena telah terlanjur membuat keputusan yang tidak mungkin bisa di anulir kembali. Bila keputusan itu terkait dengan pertimbangan politik, harus lebih hati-hati agar kelak tidak kehilangan muka . Maka baiklah kata-kata James Madison seorang founding father Amerika bisa memandu kita bersama .Ia mengatakan ,”Most of our political evil may be traced back to our commercial ones”.

  • Bagikan