DENPASAR,flobamorata.com- Minggu, 5 November 2023, tepatnya jam 11.00 Wita. Suhu 38 derajat, tentu memicu panas yang terik dan menyekat. Di ruang tunggu Bandara Eltari Kupang, tampak para penumpang sibuk melakukan aktivitas pelaporan dan boarding. Maklum hari minggu biasanya kondisi Bandara Eltari Kupang ramai dengan penumpang baik itu kedatangan maupun keberangkatan ketimbang hari biasa lainnya
Dalam ruang tunggu keberangkatan, tampak pula Bupati Malaka, DR. Simon Nahak, S.H, M.H duduk di salah satu pojok ruang tunggu bersama dua orang ajudannya. Kebetulan salah satunya saya kenal yakni Mario yang berbadan tegap dan berkulit putih.
Hari itu, Bupati Simon Nahak bersama rombongan termasuk saya akan terbang menuju Bali yang kerap kita kenal sebagai Negeri Dewata. Rencananya kami akan boarding pada Jam 11.30 Wita, namun ternyata pesawat yang hendak kami tumpangi yakni Lion Air dengan Nomor JT 271 mengalai delay atau penundaan berdasarkan jadwal yang tercantum di tiket dengan alasan teknis.
Sempat mengalami penundaan hingga dua jam, tepat Jam 13.30 Wita, kami diminta untuk masuk ke dalam pesawat dari Pintu Satu Bandara Eltari Kupang, untuk selanjutnya terbang menuju Denpasar Bali. Pesawat Boeing 737 Seri 900 tersebut kemudian mulai melakukan persiapan lepas landas.
Bergerak pelan dari Taxi Way menuju Run Way Bandara Eltari Kupang, “Burung Besi” yang memiliki ciri logo merah tersebut kemudian mulai melakukan lepas landas setelah petugas tower mengatakan bahwa bandara sudah Clear.
Jarak tempuh memakan waktu 1 Jam 30 menit tersebut aman dan lancar di bawah kendali Captain Haris Abdulah serta dibantu 8 orang awak kabin. Di atas ketinggian 34 Ribu Kaki dengan kecepatan 119 Knot, pesawat membelah wilayah udara Bali Nusa Tenggara untuk sampai seseuai jadwal di Bandara Internasional Ngurah Rai Denpasar Bali.
Tujuan lawatan kerja Bupati Malaka bersama rombongan ke Denpasar Bali dalam rangka Studi Banding di Desa Wisata Kertalangu, Kota Denpasar Timur, Provinsi Bali. Sebanyak 17 kepada desa di Kecamatan Malaka Tengah, diminta Bupati Malaka untuk melakukan Studi Banding guna belajar banyak hal terkait pembangunan serta tata kelola pemerintahan desa yang baik.
Maklum, Desa Kertalangu namanya sudah membumi seantero nusantara sebagai desa dengan berbagai predikat. Selain sebagai desa wisata, Kertalangu juga dikenal sebagai desa ramah anak dan perempuan, desa wisata pertanian, desa dengan konsep informasi digital berstandar nasional, desa dengan konsep pengelolaan Bumdes terbaik serta masih banyak prestasi lain yang ditorehkan oleh Desa Kertalangu.
Tepat Jam 3 sore, kami mendarat di Bandara Ngurah Rai Denpasar Bali. Setelah melakukan proses pengambilan bagasi, Bupati Simon Nahak bersama ajudan kemudian meninggalkan bandara menuju kediaman pribadinya di daerah Renon-Denpasar.
Sedangkan saya bersama Eddy Sumantri, rekan wartawan dari Betun-Malaka yang juga ikut dalam robongan tersebut menunggu pengaturan dari Pak Yoga dan Fahmi [Staf Bagian Umum Pemkab Malaka] untuk berangkat menuju penginapan di daerah Legian-Kuta, guna bergabung bersama 17 kepada desa yang sudah berada di Bali sehari sebelumnya.
Dua unit mobil type minibus yang kami tumpangi dari bandara perlahan keluar menuju arah Legian. Kondisi jalan raya yang macet sore itu tidak membuat kami hilang sabar. Dalam keadaan lalu lintas normal, biasanya perjalan dari bandara ke arah Legian-Kuta hanya memakan waktu 5 menit. Namun kondisi sore itu dengan kemacetan yang padat, 15 menit adalah waktu yang kami habiskan di jalan untuk sampai ke tujuan.
Hotel Bendesa Kuta, merupakan tujuan tempat kami untuk menginap selama tiga hari. Hotel berlantai tiga dengan bangunan bertipe arsitektur Bali tersebut tampak bersih, indah dan nyaman.
Fahmi, staf Bagian Umum Pemkab Malaka dengan senyum sumringah langsung memberikan kunci kamar untuk saya dan Eddy Sumantri. Nomor kamar 19 di areal lantai dua sebelah selatan adalah kamar yang akan kami tempati.
Setelah menyimpan barang bawaan, kami akhirnya rehat sejenak guna merenggangkan otot dan pikiran selama perjalan dari Kupang ke Denpasar. Namun sesaat kemudian sebelum mata terlelap untuk rehat, notifikasi pesan WhatsApp di hand phone saya berbunyi. Pengirimnya adalah Pak Yoga yang kemudian saya tahu beliau adalah Kabag Umum Pemkab Malaka.
Dalam pesan tersebut, Om Yoga kemudian saya menyapanya setelah kami cukup akrab, memberikan informasi bahwa Bupati Simon Nahak akan melakukan tatap muka sambil makan malam dengan para kades di Aula Bendesa Hotel sebagai agenda malam itu.
Makan Malam Penuh Pesan Moral
Tempat Pukul 21.00 Wita atau Jam 9 Malam, Bupati Malaka, DR. Simon Nahak, S.H, M.H bersama istri, drg. Maria Martina Nahak, M. Biomed sampai di Bendesa Hotel. Para kepada desa yang sudah bersiap diarahkan menuju Aula Hotel Bendesa guna mengikuti arahan Bupati Simon Nahak terkait rencana Studi Banding.
Pertemuan akhirnya dimulai. Saya dan Eddy Sumantri mengambil posisi duduk sederet dengan Ibu Bupati Malaka di samping kiri aula pertemuan atau tepatnya sebelah barat persis di samping kanan Bupati Malaka. Sedangkan para kapala desa dengan staf bagian Dinas PMD duduk mengelilingi meja pertemuan persegi empat dengan posisi Bupati Malaka sebagai kepala meja.
Usai menerima laporan dari pihak Dinas PMD Malaka terkait hunting lokasi Studi Banding, Bupati Simon Nahak kemudian memberikan arahan singkat kepada para peserta.
Dirinya berpesan agar para kepala desa yang akan mengikuti kegiatan studi banding nantinya harus fokus serta belajar dengan sungguh sehingga bisa mengambil contoh program yang akan dikembangan di desa sesuai dengan karateristik wilayah.
Selain memberikan arahan, Bupati Simon Nahak juga memberikan wejangan kepada para kades. Dirinya meminta agar para kepala desa di Kabupaten Malaka dapat menjaga pola hidup yang sehat dengan baik.
“Saya minta seluruh kepala desa untuk menjaga dan mengatur pola hidup yang baik. Sebab dengan mengatur pola hidup yang baik serta teratur maka tugas pelayanan kepada masyarakat dapat berjalan dengan maksimal,” pintanya.
Himbauan Bupati Malaka tersebut bukan tanpa dasar. Sebab waktu yang lalu, kabar duka datang dari Desa Angkaes, Kecamatan Weliman Kabupaten Malaka. Sang Kades, Edmundus Seran Kehi dikabarkan meninggal dunia secara mendadak.
Momentum himbauan Bupati Malaka sangat tepat dengan kondisi tersebut. Ajakan untuk mengatur pola hidup yang sehat juga bukan sekedar isapan jempol belaka.
Sebagai bupati dan tokoh nomor satu di Malaka, DR. Simon Nahak, S.H, M.H sudah membuktikan hal tersebut. Suatu waktu dalam kesempatan wawancara dengan flobamorata.com, suami drg. Maria Martina Nahak, M. Biomed ini ungkapkan soal kebiasaan pola hidup sehat dan teratur.
Diketahui bahwa Bupati Malaka sangat menjaga pola serta aturan asupan gisi bagi tubuhnya. selain itu dirinya gemar berolahraga pagi serta tidur secara teratur kendati disibukan dengan aktivitas yang padat. Usai memberikan wejangan, Bupati Malaka bersama istri kemudian meninggal lokasi guna beristirahat sebab saat itu waktu sudah menunjukan Jam 11.30 Wita malam. Demikian kami bersama rombongan akhirnya kembali ke kamar masing-masing untuk tidur sembari menanti besok dengan agenda kegiatan yang padat.
Mencari Ilmu Di Kertalangu
Senin, 6 April 2023, fajar baru saja menyingsing di ufuk timur. Suasana Hotel Bendesa pagi itu sudah ramai. Rombongan tim Studi Banding Kabupaten Malaka yang terdiri dari para kepala desa, staf Dinas PMD Malaka, Camat Malaka Barat, Om Yoga dan Om Fahmi dari Bagian Umum serta saya dan Eddy Sumantri mulai melakukan persiapan diri.
Menikmati kopi hitam Bali tanpa gula usai menyantap Nasi Goreng Bali, saya mulai berbaur dengan para kepala desa. Maklum, sebagai Anak Malaka yang tinggal di Kupang, saya tidak cukup mengenal mereka secara akrab berbeda dengan Eddy Sumantri yang mengenal banyak diantara mereka.
Tepat Jam 07.00 Wita, dua unit Bus Pariwisata akhirnya datang menjemput kami. Saya bersama Eddy Sumantri memilih menumpang salah satu unit yang agak besar bersama dengan beberapa kepala desa diantaranya Kades Wehali, Kletek, Kamanasa dan beberapa kades lainnya.
Meluncur dari Bendesa Hotel kami kemudian mengambil rute melewati By Pass Ngurah Rai. Setelah menempuh perjalanan selama 15 menit, kami sampai juga di Gapura Selamat Datang Desa Kertalangu. Usai berjalan masuk sekitar 100 meter, kami langsung menjumpai hamparan lapangan Golf dengan pemandangan eksklusif nan asri.
Di Bagian Timur lokasi Desa Kertalangu, kami langsung disambut oleh I Ketut Lesen, pemandu Tour Studi Banding sekaligus Koordinator Subak Kertalangu. Kami kemudian diarahkan menuju panggung monumen Gong Perdamaian untuk melakukan foto bersama sebelum memulai tour.
Menyusuri jalan setapak yang dikelilingi hamparan sawah yang luas serta hijau, Ketut Lesen dengan fasih dan cerdas memberikan penjelasan soal Desa Kertalangu. Dirinya menjelaskan bagaimana sistem pertanian sawah dan sistem Irigasi Subak dikelola dengan baik agar bisa meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Kertalangu.
Menurutnya, sistem pertanian sawah di Kertalangu khususnya dan Bali pada umumnya sudah ada sejak jaman dahulu kala. Pembangunan sektor pertanian sawah yang sudah mendunia hingga saat ini di Bali adalah warisan budaya dari nenek moyang orang Bali.
Bahkan pertanian sawah secara kelompok diatur dengan maksimal dengan sistem yang adil serta regulasi yang ketat bagi seluruh anggota Kelompok Tani (Poktan) yang ada di Kertalangu. Menurutnya persoalan mendasar yang dihadapi oleh pertanian sawah di kertalangu adalah air. Untuk itu sistem Irigasi Subak hadir guna menjawab persoalan tersebut.
Subak Bali Yang Melegenda
Sistem Subak adalah sistem irigasi dalam mengola pertanian. Subak diatur oleh seorang pemuka adat yang disebut Pekaseh dan biasanya juga berprofesi sebagai petani. Subak adalah salah satu manifestasi Tri Hita Karana (THK), yaitu filosofi Hindu Bali dalam menjaga keseimbangan antara manusia dan sesamanya, manusia dengan alam, dan manusia dengan Sang Pencipta.
Menurut I Gede Vibhuti Kumarananda. S.P. Penyuluh Pertanian Ahli Pertama Alsintan, bahwa Subak adalah sistem pengairan masyarakat Bali yang menyangkut hukum adat yang mempunyai ciri khas, yaitu sosial, pertanian, keagamaan dengan tekad dan semangat gotong royong dalam usaha memperoleh air dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan air dalam menghasilkan tanaman pangan terutama padi dan palawija.
Pembagian air dilakukan secara adil dan merata, segala masalah dibicarakan dan dipecahkan bersama, bahkan penetapan waktu menanam dan penentuan jenis padi yang ditanam pun dilakukan bersama. Sanksi terhadap berbagai bentuk pelanggaran akan ditentukan sendiri oleh warga melalui upacara atau ritual yang dilaksanakan di Pura.
Harmonisasi kehidupan seperti inilah yang menjadi kunci utama lestarinya budaya Subak di pulau Dewata. Sehingga, ini juga yang menyebabkan Sistem Subak itu penting keberadaannya. Anggota Subak di suatu daerah bisa bergotong royong melakukan pembuatan, pemeliharaan, dan pengelolaan fasilitas Sistem Subak ini.
Penerapan sistem subak sebagai pengairan sawah diatur agar terwujud keadilan bagi sesama anggotanya. Jika satu bidang sawah terdapat dua atau lebih saluran air (cakangan) yang saling berdekatan maka ketinggiannya harus sama. Hal ini agar aliran air yang ke sawah masing-masing petani tetap lancar.
Atas filosofi tersebut, maka di Bali kerap diketahui ada dua sistem pemerintahan desa. Pertama yakni sistem pemerintahan desa pada umumnya yang diatur oleh negara sedangkan satunya adalah sistim pemerintahan desa yang diatur secara adat. Sistem pemerintahan desa adat bertujuan untuk mengcover tata Kelola urusan pertanian, budaya dan agama. Namun dalam prakteknya kedua konsep pemerintahan ini bersinergi saling melengkapi dalam meningkatkan pelayanan.
Kertalangu Dan Konsep One Stop Service
Selain sebagai desa wisata, Kertalangu juga merupakan desa dengan keunikan beragam. Pertanian dan Sistem Subak hanya sebagai pemancing untuk menikmati indahnya karya sang pencipta. Di Desa Kertalangu pengunjung bisa menikmati fasilitas lainnya.
Menurut Ketut Lesen, pihak pemerintahan Desa Kertalangu juga menyiapkan areal perkemahan bagi setiap pengunjung dari kalangan komunitas maupun organisasi serta korporasi guna melakukan kegiatan outbond dengan nuansa desa yang asri dan sejuk.
Selain areal perkemahan, service yang diberikan Desa Kertalangu juga merambah dunia Pendidikan dan edukasi. Mereka menyiapkan paket studi dan sekolah alam, dimana pesertanya bisa belajar sembari praktek langsung terkait materi yang diberikan.
Untuk bidang hiburan sendiri, pada bagian sebelah selatan Desa Kertalangu tersedia hamparan luas yang bisa dipakai sebagai konser musik untuk acara out door. Bahkan pihak desa juga memanjakan peserta yang berkunjung dengan menyiapkan spot serta backdrop untuk kepentingan foto baik itu foto pra wedding hingga foto landscape untuk bahan desain grafik visual. Semua service yang diberikan oleh pihak Desa Kertalangu memiliki kisaran harga berdasarkan paket. Bagi pengunjung sisa memilih paket sesuai kebutuhan dengan harga terjangkau.
Peryataan “Sang Petarung”
Empat jam sudah kami berkeliling sambil belajar. Kemudian oleh pihak Desa kertalangu, kami diajak untuk rehat sejenak di salah satu aula desa yang ditata secara asri dengan tetap bernuansakan kehidupan desa.
Bupati Simon Nahak senantiasa berada di Tengah para kades sambil menikmati suguhan materi pemandu. Bahkan para kades yang ada juga tampak berbaur dengan bupati tanpa sekat dan kelihatan mesra dalam nuansa kekeluargaan harmonis.
Kami disuguhkan dengan cemilan khas Desa Kertalangu yakni kue beras merah dicampur gula dan parutan kelapa serta minuman teh herbal berbahan dasar bunga khas Kertalangu. Segar dan gurih tentu kesan pertama yang bisa kita simpulkan.
Usai menerima paparan soal profil Desa Kertalangu, Bupati Malaka, DR. Simon Nahak, S.H, M.H kemudian memberikan peryataan penutup sebagai akhir dari tour tersebut. “Sang Petarung” begitu sapaan karib Bupati Simon Nahak sangat bersyukur bisa membawa para kepala desa melakukan Studi banding di Kertalangu.
Dirinya berharap agar sepulangnya dari kegiatan ini, pihak desa bersama Dinas PMD sudah memiliki konsep akan apa yang harus dibuat. Bahkan dirinya memberikan warning kepada para kades agar tidak perlu mengadopsi semua tanpa fokus, tetapi wajib membuat satu terobosan dari hasil Studi Banding tersebut.
“Kertalangu merupakan tempat yang komplit. Secara kondisi geografis, Kertalangu memiliki karakter yang sama dengan Malaka. Kertalangu dengan konsep pembangunan pertanian yang tersistem, tentu menjadi temat belajar yang paling bagus untuk Malaka, yang juga karakter kehidupan masyarakatnya adalah petani sawah di daerah dataran. Untuk itu saya minta kepada para kades untuk mengadopsi nilai dari kunjungan ini sehingga bisa diterapkan di daerah masing-masing agar dapat nilai manfaat dari kegiatan ini,” pintanya.
Dirinya berharap agar usai kegiatan ini, pihak kades sudah merumuskan salah satu item dari hasil studi banding, agar muncul karateristik di wilayah masing-masing.
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.