BETUN,flobamorata.com- Selasa, 28 April 2020, hari masih pagi, maklum jam baru menunjukan pukul 08.30 Wita. Tapi, udara pagi itu begitu panas dan terik. Ternyata saya sadar sudah berada di ujung bulan April, artinya musim penghujan sudah hampir lewat, dan musim kemarau akan datang. Pagi itu saya berada di Haitimuk, desa kecil di Kecamatan Weliman, Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), tepatnya di Rumah Jabatan Bupati Malaka, Stefanus Bria Seran, yang kerap disapa warganya dengan sebutan SBS.
Sebagai Jurnalis pemula, bahkan Id card saya dapat dibilang masih basah dan beraroma tinta percetakan, saya ditugaskan oleh redaksi pagi itu, untuk meliput kegiatan kunjungan kerja Bupati Malaka di Kecamatan Botin Leobele, kecamatan baru dimekarkan, yang sebelumnya bergabung dengan Kecamatan Sasitamean dan Malaka Timur.
Setelah motor saya parkir, saya langsung bergabung dengan rekan rekan jurnalis senior yang sudah lebih tiba duluan. Selang beberapa saat kemudian, bupati SBS keluar lalu mangajak kami untuk jalan. Hampir satu jam perjalanan, akhirnya kami tiba di lokasi. Masyarakat antusias menyambut kedatangan Bupati SBS.
Seremonial penyambutan dilakukan seperti biasa, sapaan khas, pengalungan selendang hingga acara perkenalanan dan diskusi di Desa Babotin. Persoalan klasik tentang infra struktur jalan menjadi topik diskusi. Dalam kesempatan tersebut, bupati SBS mengatakan, pemerintah akan berupaya agar ruas jalan masuk Desa Babotin diaspal dari simpang San’Ek, batas Desa Babotin dengan Desa Manulea (Kecamatan Sasitamean), menuju Kantor Desa Babotin.
“ Tahun depan jalan ini akan diaspal,” ungkap Alumnus Boston University, USA ini. Apa yang dikatakan SBS itu bukan tanpa dasar. Sebab tahun 2021, dirinya masih menentukan anggaran, kendati eksekutornya bupati baru, yang belum diketahui siapa kelak. Bahkan sambil berucap demikian, dirinya langsung memerintahkan beberapa staf teknis yang ikut bersamanya untuk mengukur jarak jalan yang akan diaspal.
Itulah SBS. Sikap responsif seorang pemimpin milenial yang patut diberi apresiasi. Apa yang dilihat, apa yang dirasakan, demi kepentingan umum bagi masyrakat, akan segera dieksekusi. Bagi pembenci SBS, tentu selalu bermain diksi berbalut narasi kebencian bahkan nyinyir. Tetapi Itulah SBS, semua kebencian itu tidak mengusik sikap dia. Dia terus bekerja, melayani, hingga nanti masa tugasnya berakhir.
Saya jadi ingat kutipan dari seorang penulis Indonesia, Fiersa Basari. “ Lukisan Terbaik Di Dunia Juga Memiliki Pembenci Dan Pengkritik. Jadi Pembenci Adalah Pengangum Yang Sedang Menyamar ”. lukisan saja demikian, apalagi seorang SBS. Tentu banyak kaum pembenci dia, yang mungkin karena iri, napsu bahkan karena bodoh untuk melihat secara rill capaian pembangunan yang dilakukan.
Rombongan kemudian melanjutkan perjalanan menuju Puskesmas Sarina, guna melihat kesiapan infra struktur baik alat dan tenaga medis dalam menghadapi penyebaran Virus Corona ini. Pihak Puskesmas mengeluhkan soal ketiadaan tenaga dokter yang bertugas. Oleh SBS keluhan itu akan direspon dengan baik, untuk mengirim tenaga dokter yang akan membantu di puskesmas tersebut.
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.