BETUN,flobamorata.com– Konsep “Sabete Saladi”, sebagai bentuk perwujudan budaya Kabupaten Malaka, Provinsi NTT, dengan konsep dasar saling hormat-menghormati dan menghargai, yang ditawarkan oleh Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Malaka, Simon Nahak dan Kim Taolin atau Paket SN-KTĀ dinilai sebagai konsep omong doang atau Lip Service semata.
Pasalnya, konsep Sabate Saladi sebagai bentuk nilai budaya Kabupaten Malaka yang harus dapatkan tempat dalam tataran nilai hidup bermasyarat, tidak dijalankan dan dilakukan dengan baik oleh pasangan ini.
Dimana dalam penyampaian visi misi mereka, salah satunyaa adalah menciptakan masyarakat yang berbudaya, tetapi Paket SNKT dinilai ingkar atas konsep tersebut. Ingkarnya mereka dengan mengajak Kim Taolin, maju bertarung melawan Wendelinus Taolin, bapak kecil kandungnya, yang saat ini berpasangan dengan Stefanus Bria Seran.
” Bicara konsep Sabete Saladi, tidak ada ceritanya dalam hukum adat dan budaya kita, anak lawan bapak. Hari ini mereka bicara itu, tetapi mereka langgar soal Sabete Saladi,” ungkap Devi Ndolu, Ketua Tim Pemenangan Koalisi SBS-WT, Usai debat di Betun, Rabu, 4 November 2020.
Sangat kontradiksi memang konsep yang ditawarkan. Sebab bagaimana bisa pasangan ini tidak konsisten antara kesesuaian kata dan perbuatan. Saat ini, mereka lagi praktekkan hal yang berlawanan dengan makna Sabete Saladi. (fatur)
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.