ads

Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Awak Pena Batas RI-RDTL Berbagi Kasih Dengan Keluarga Miskin di Belu

Avatar photo
  • Bagikan

Belu, flobamorata.com
Hari itu, Jumat (27/12/2019) menjadi hari yang membahagiakan bagi anak cucu dari Nenek Elisabeth Meni. Setelah sepuluh tahun lebih mereka lolos dari perhatian pemerintah, baik desa maupun Kabupaten Belu, akhirnya mereka pun mendapat perhatian dari orang lain.

Perhatian itu datang dari sekelompok wartawan yang tergabung dalam Persatuan Jurnalis Belu Perbatasan (Pena Batas) RI-RDTL. Walau hanya datang dengan membawa Sembako ala kadarnya, namun bantuan itu sangat membantu anak-cucu Nenek Elisabet yang berjumlah 19 orang untuk bertahan hidup. Raut wajah kebahagiaan tampak saat menyambut para awak Pena Batas RI-RDTL yang datang membawa bantuan itu.

ads

Sebelumnya, mereka hanya bertahan hidup dengan memakan pisang rebus yang didapat dari kebun mereka di belakang pekarangan rumah.

Namun sayang, kebahagiaan itu tak dirasakan langsung oleh Nenek Elisabet yang sehari sebelumnya harus dilarikan ke Rumah Sakit Marianum Halilulik karena sakit yang tak kunjung membaik.

Nenek Elisabet bersama Sang Suami dan anak cucunya sudah tinggal selama 10 tahun di Dusun Maukumu, Desa Naitimu, Kecamatan Tasifeto Barat, Kabupaten Belu. Sebelumnya, mereka tinggal di Talerun, Desa Mandeu. Namun, karena kondisi sang suami yang sering sakit-sakitan, maka mereka harus pindah ke Maukumu dengan alasan dekat dengan rumah sakit.

Baca Juga :  Maraknya Bisnis Ilegal di Daerah Perbatasan RI-RDTL dan Sebuah Solusi Hukum

Walau tinggal bertahun-tahun di sebuah gubuk reot bersama anak cucunya tanpa mendapat perhatian dari pemerintah, namun Elisabet tetap merasa bahagia karena hidup bersama sang suami.

Penderitaan baru dirasakannya saat Malaikat Pencabut Nyawa datang menjemput sang suami pada Bulan Februari 2018 silam.

Setelah beberapa bulan nenek berusia 80 tahun lebih ini larut dalam kesedihan, ia pun memutuskan untuk harus kembali belajar bertahan hidup sendiri tanpa sang suami. Berkebun dan mengumpulkan kayu bakar untuk dijual adalah cara yang telah diajarkan sang suami sebelum pergi meninggalkan dia untuk selamanya.

Tergerak akan penderitaan itulah, secara tak bersamaan, beberapa awak media coba menulis agar ada bantuan datang dari pemerintah. Selain itu, para anggota Pena Batas RI-RDTL pun coba mengumpulkan dari kekurangan mereka, untuk diberikan kepada Nenek Elisabet.

Baca Juga :  Mennation Com Grownup Chat Register Now!

Ketua Pena Batas RI-RDTL, Fredrikus R. Bau kepada awak media usai memberikan bantuan mengatakan, dirinya bersama teman-teman wartawan di Kabupaten Belu berbagi kasih dengan keluarga miskin lahir dari rasa kepedulian terhadap sesama.

“Hari ini saya bersama dengan teman-teman wartawan di Belu dalam naungan Pena Batas, berkunjung kepada ibu Ignasia Abuk (Anak Elisabet Meni, red) sekeluarga untuk berbagi kasih dan menyerahkan sedikit bantuan sembako dan lain-lainnya, kiranya dapat berguna,” ujar Ketua Pena Batas.

Dikatakannya, terkait bantuan ini, para wartawan di Belu lakukan patungan untuk bergerak bersama berbagi kasih dengan keluarga miskin.

Kondisi masyarakat yang sangat memprihatinkan ini, lanjut Fredrikus, jangan terlalu ribut soal kependudukan Desa Mandeu Atau Naitimu. Namun, jelas Fredrikus, pemerintah punya kewajiban untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.

“Karena itu, kita (wartawan, red) tidak mau lihat lagi ada pemerintah yang datang dan kasih bantuan untuk mereka setelah kita kembali nanti, karena itu sudah tidak penting lagi. Karena yang terpenting saat ini ialah pemerintah harus menyiapkan program yang bisa mengatasi kondisi mereka itu, karena saya yakin bahwa masalah kemiskinan di Belu terlalu banyak dan menunggu perhatian pemerintah baik kabupaten, provinsi dan pusat,” tutup Fredrikus.

Baca Juga :  Perpeda Minta DPRD Malaka Periksa YKS Terkait Judi Sabung Ayam

Baca Juga: Tinggal di Gubuk Reot, Nenek di Belu ini Tidak Pernah Berharap Bantuan Orang Lain

Sebelumnya, diberitakan oleh media ini pada tanggal 23 Juli 2019 bahwa di Usia uzurnya, sakit menjadi sahabat yang selalu menemaninya. Tak banyak yang dibuatnya selain berdoa memohon kepada Yang Empunya Hidup agar kesembuhan kembali datang pada dirinya.

Kondisi rumah Nenek Elisabet

Nenek Elisabet Meni namanya. Dia Tinggal di sebuah gubuk reot berukuran 4×3 meter di Desa Mandeu, Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu, Perbatasan RI-RDTL.

Beratapkan jerami, dinding gubuknya dibuat dari bambu yang ditambal seng bekas yang mereka ambil di tempat pembuangan sampah. Gubuk itu hanya memiliki satu pintu yang tingginya tidak sampai dua meter membuat kita harus membungkuk bila ingin masuk ke dalamnya.

  • Bagikan