ads

Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Jeriko, Sang Penyelamat Demokrat

Avatar photo
Reporter : ADMINEditor: ADMIN
  • Bagikan

PUBLIK Indonesia pasti masih ingat peristiwa Maret 2021. Itulah awal Partai Demokrat dilandai badai atau lebih tepat disebut ‘tsunami’ politik. Ketika itu, para kader senior dan sejumlah ketua DPC dan DPD merongrong kepemimpinan AHY dan tentu SBY.

Dari hotel ke hotel mereka menggelar meeting. Mengundang DPC dan DPD dari daerah-daerah. Hadir tokoh-tokoh senior Demokrat. Motor penggeraknya adalah KSP Moeldoko didukung Muhammad Nazarudin, Marzuki Alie dan beberapa tokoh senior lainnya. Agendanya menggelar KLB di Deli Serdang untuk melengserkan AHY dari kursi Ketua Umum Partai Demokrat. Dan tentu memutus trah Cikeas di partai berlambang bintang mercy itu.

ads

Uang triliunan telah disiapkan. DPC dan DPD dijanjikan ratusan juta hingga miliaran untuk melengserkan AHY. Tidak sedikit ketua DPC dan DPD yang tergiur. Hingga rencana ini sudah hampir matang, Ketum AHY belum tahu apa-apa.

Beruntung, Demokrat punya kader bernama Jefri Riwu Kore. Yah, Wali Kota Kupang ini juga ditawari uang tidak sedikit agar ikut komplotan Moeldoko melengserkan AHY. Dari seorang Jeriko-lah AHY tahu akal bulus Moeldoko Cs. Jeriko menelepon Ketum AHY, Sekjen dan pengurus DPP Demokrat lainnya. Ia membuka borok Moeldoko Cs. Siasat bulus penggagas KLB dibuka setelanjang-telanjangnya di depan Ketum AHY.

Jeriko bahkan datang langsung ke Jakarta. Menghadap AHY. Melaporkan ulah kader-kader senior hendak merongrong kekuasaan AHY. Kabar ini pun menjadi awal pergerakan AHY untuk melakukan konsolidasi. Sejumlah kader Demokrat diperiksa. Yang terbukti ikut Moeldoko langsung dipecat.

Baca Juga :  Beginilah Rahasia Hidup Sehat Ala AHY

Jeriko yang saat itu masih menjabat Ketua DPD Partai Demokrat NTT juga langsung berkonsolidasi di internal Partai Demokrat NTT. Semua pengurus dari DPD hingga DPC dikumpulkan. Tak terhitung berapa kali dilakukan konsolidasi internal. Ini bertujuan agar Demokrat tetap kuat dan mencegah lengsernya AHY dari kursi ketum.

Pernyataan sikap dari seluruh kader Demokrat NTT dibawa ke Jakarta dan dibacakan di depan Ketum AHY dan pengurus DPP. Jeriko tegas menyatakan Demokrat NTT tegak lurus mendukung ketum AHY dan mengutuk keras aksi pembegalan partai oleh Moeldoko Cs.

Singkat cerita, AHY telah mengetahui rencana pelengseran yang diceritakan Jeriko secara detail, mulai dari tempat dan waktu pertemuan hingga agenda KLB dan tokoh-tokoh yang terlibat. Dari situlah AHY mulai bergerak mengumpulkan ketua-ketua DPD dan DPC. Tak bisa dibayangkan jika informasi ini terlambat disampaikan kepada AHY. Pasti tidak sedikit ketua DPD dan DPC yang sudah ikut mengesahkan AD/ART baru Partai Demokrat melalui forum KLB. Bahkan, lebih dari itu, kita tidak lagi melihat AHY duduk manis di kursi ketum Demokrat.

Memang KLB akhirnya terlaksana di Deli Serdang, namun tak ada Ketua DPC dan DPD yang sah yang ikut forum tersebut. Tak sampai di situ, usai KLB gerakan Moeldoko Cs masih terus aktif. Mereka menggugat ke pengadilan. Jeriko selalu berada di belakang AHY untuk melawan Moeldoko Cs.

Baca Juga :  Egy Atok Dinilai Tidak Layak Pimpin Partai Demokrat Kabupaten Malaka

Saya pernah lama berdiskusi dengan Jeriko. Ia menceritakan soal kemelut Partai Demokrat. Yang menarik adalah mereka-mereka yang di kubu Moeldoko juga adalah teman-temannya. Termasuk mantan Ketua DPR Marzuki Alie dan almarhum Max Sopacua serta Johny Allen Marbun. Mereka teman akrab Jeriko.

Tapi, saya akui sosok Jeriko. Ia konsisten dengan prinsipnya, yaitu teman adalah bukan yang duduk dan foto bersama-sama dengan kita, tapi teman adalah mereka yang berjuang bersama kita untuk sebuah keadilan dan kebenaran.

Sampai di sini saya mendapat pelajaran berharga. Padahal, baru seumur jagung hubungan Jeriko dan AHY sebagai ketua DPD dan ketua umum. Jalinan pertemanan dengan komplotan Moeldoko-lah yang sudah terjalin sejak lama, sejak Partai Demokrat lahir. Sejak konsolidasi memenangkan SBY di Pilpres 2004. Dan, mereka berteman saat sebagai anggota DPR RI. Komunikasi masih terus terjalin. Jeriko melawan teman-temannya yang hendak ‘melukai’ AHY. Jeriko tetap menjaga AHY.

Sekadar flash back, Jeriko juga merupakan Ketua DPD Partai Demokrat pertama yang mengusulkan AHY menjadi Ketua Umum Partai Demokrat. Bahkan, digelar deklarasi secara resmi di Hotel Aston saat kunjungan AHY ke Kota Kupang. Dukungan secara tertulis itu diserahkan langsung Jeriko kepada AHY kala itu.

Jeriko jugalah yang kemudian melakukan konsolidasi kepada ketua-ketua DPD untuk mendukung AHY menjadi ketua umum. Ia meyakinkan ketua-ketua DPD dan DPC agar mendukung AHY dalam Kongres Partai Demokrat di Surabaya.

Baca Juga :  Terkuak Fakta Baru Dugaaan Tidak Netralnya Ketua KPU Malaka

Kembali ke isu KLB. Saat ini situasi Partai Demokrat sudah kembali kondusif. Gerakan Moeldoko Cs sudah gagal. Semua elit bertepuk tangan untuk AHY. Mereka tertawa terbahak-bahak sambil meloncat-loncat kegirangan menyaksikan kekalahan Moeldoko Cs. Termasuk mereka yang sebelumnya bermuka dua. Main dua kaki. Yang tak pernah berdiri membela AHY. Kini ikut bersorak paling lantang.

Tidak Dipilih AHY

Musda Partai Demokrat di Kupang pada Oktober 2021 lalu menetapkan dua calon, yakni Jefri Riwu Kore (Jeriko) dan Leonardus Lelo alias Leo Lelo. Dalam penyampaian dukungan, Jeriko mendapat 12 dukungan dan Leo mendapat 11 dukungan. Tapi, berdasarkan AD/ART hasil Kongres Jakarta Tahun 2020 dan Peraturan Organisasi, penentuan ketua bukan berdasarkan jumlah dukungan, tapi berdasarkan fit and proper test dan keputusan tim 3, yakni Ketua Umum, Sekretaris Jenderal dan Kepala BPOKK.

Oleh karena itu, kalaupun mendapat dukungan mayoritas, belum tentu terpilih jadi ketua. Semua tergantung maunya ketua umum, sekjen dan kepala BPOKK. Setidaknya ini hasil kongres Surabaya yang tertuang dalam AD/ART Partai Demokrat.

Terkait fit and proper test, memang digelar sangat tertutup. Tidak boleh ada orang lain yang mengakses proses ini. Hanya calon ketua DPD bersama ketua umum, sekjen dan kepala BPOKK. Tahapan ini digelar online saat itu.

  • Bagikan